Sebab-Sebab Perang
1) Munculnya Traktat Sumatera, tanggal 2 November 1871, yaitu perjanjian antara Inggris-Belanda, yang mengizinkan Belanda memperluas kekuasaannya di Sumatera, termasuk di Aceh.
2) Pada tanggal 22 Maret 1873, Belanda mengirim ultimatum, yang isinya Aceh harus mengakui kedaulatan Belanda di Aceh. Tetapi ultimatum itu ditolak Kerajaan Aceh.
Jalannya Perang
Pada tahun 1873, Belanda mengirim pasukan yang dipimpin oleh Jenderal J.H.R. Kohler, ke Aceh. Belanda berhasil menduduki Masjid Raya Baiturrahman, pusat pertahanan laskar Aceh. Pada saat itu Jenderal Kohler tewas tertembak laskar Aceh. Setelah jatuhnya Masjid Raya, pusat pertahanan Aceh dipindahkan ke Kutaraja. Serangan Belanda pun diarahkan ke tempat ini.
Pada akhir tahun 1873, pasukan Belanda dipimpin Letnan Jenderal J.van Swieten berhasil merebut istana Kutaraja. Tetapi semangat rakyat Aceh tetap terus menggelora. Para uleebalang, ulama, kepala adat, dan rakyat terus menyusun kekuatan serta meningkatkan serangan secara gerilya. Para tokoh yang berperang, antara lain Pangilma Polim, Teuku Imam Leungbata, Teuku Ibrahim, dan Teuku Cik Ditiro.
Sekembalinya tokoh Aceh dari Turki, yaitu Habib Abdul Rahman, pada tahun 1879, semangat perang bertambah kuat Beliau bersama Teuku Cik Ditiro bersiasat perang dengan pengacauan di pos-pos musuh agar dikosongkan sehingga mudah dirusak. Laskar Aceh yang dipimpin tokoh yang sangat disegani oleh Belanda, yaitu Teuku Cik Ditiro, Teuku Umar, dan Cut Nya’ Dien, juga melakukan blokade makanan dari kuar sehingga menyulitkan posisi Belanda. Secara keseluruhan pasukan Belanda menjadi kacau balau.