Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim yang berkembang di Sumatera. Ditinjau dari wilayah pengaruhnya, Kerajaan Sriwijaya merupakan perkembangan lanjut dari kerajaan-kerajaan yang lebih kecil di Sumatera selatan. Hal itu dapat dilihat dari Prasasti Kedukan Bukit yang merupakan sumber sejarah penting dari Kerajaan Sriwijaya oleh tokoh yang disebut sebagai Dapunta Hyang.
Dalam Prasasti Kedukan Bukit, terdapat kalimat “Dapunta hyang berangkat dari Minanga Tangwan dengan membawa bala tentara dalam dua kefompok, yaitu 200 orang dengan jalan air (naik perahu) dan 1312 dengan jalan darat“. Dari pernyataan itu, sebelum membangun Kerajaan Sriwijaya, Dapunta hyang telah memiliki angkatan perang.
Dengan demikian, dapat diambil pemahaman bahwa pendiri Sriwijaya telah mengenal organisasi semacam kerajaan, meski masih sederhana. Selain itu, sangat mungkin Prasasti Kedukan Bukit merupakan penanda perpindahan ibukota Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada abad ke-8 dan ke-9 M, terutama saat diperintah Raja Balaputradewa pada tahun 850 M. Dengan penuh semangat Balaputradewa membangun Sriwijaya menjadi kerajaan terbesar di Nusantara.
Bahkan untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik. Balaputradewa memperluas Sungai Brantas. Pekerjaan itu menjadi lancar karena dibantu orang Tumapel dan Madura. Hutan Tarik kemudian bekembang sebagai kawasan huni yang ramai dan menjadi cikal bakal Kerajaan Majapahit. Lima faktor penyebab kemunduran dan keruntuhan dari kerajaan sriwijaya adalah sebagai berikut:
- Ketika di pimpin oleh Sri Sudamani Warmadewa muncul serangan dari Raja Dharmawangsa 990 M.
- Adanya serangan dari kerajaan Cola Mandala yang diperintah oleh Raja Rajendracoladewa.
- Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275 – 1292.
- Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
- Adanya serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan Majapahit.